Skip to main content

Aku Bangga Menjadi Anak Petani, Kuli Pasar, dan Penjual Gorengan


Tulisan ini didedikasikan untuk keluargaku...

Aku terlahir dengan nama Romi Misra pada hari kamis, 16 Mei 1991 dari keluarga yang kusebut Petani. Cerita semasa kecil ketika Romi kecil pernah tercebur ke dalam sawah yang kemudian bermandikan lumpur seperti sayup terdengar dikatakan oleh beberapa orang, pasti menjadi hiburan tersendiri bagi orang-orang yang menyaksikannya di kala itu. Musim ke sawah seperti sebelumnya adalah kesibukan amak di “tanah kopuang” menanam benih padi-mencabut benih padi-kemudian menanamnya di sawah. 
Malam haru di hari yang lain disaksikan pondok kecil di tengah sawah bersama lampu minyak tanah yang kadang redup, serta suara radio usang kesayangan ayah, di sana ayah terasa begitu dekat hingga tidur berlalu dibangunkan pagi dan suara burung pipit. Aku tumbuh di dalam sebuah ruangan (seingatku 5X7 Meter) berdindingkan papan  dan anak tangga kayu yang dengan sangat bangga kusebut sebagai rumah.
Setiap musim durian adalah sebagian waktu yang menghiburku dan kunikmati sa’at itu karena kami memiliki dua pohon durian yang memiliki buah sangat lebat, di depan rumah namanya durian “Timbago” yang isinya kuning tebal dan di samping pagar di sebelahnya durian dengan buahnya yang besar-besar yang terkadang jatuh bersama dahannya karena terlalu lebat.
Semasa bertumbuh (SD dan SMP) adalah masa yang kusebut transisi kehidupan,  dimana di samping bertani, seingatku ayah mulai bekerja sebagai kuli pasar dan amak menjual gorengan di setiap pasar. Tidur di kios-kios pasar untuk menjaga “padaman” bersama ayah dan bekal yang disiapkan amak untuk bermalam di pasar adalah rutinitas biasa kala itu. Lembaran uang ribuan adalah senyum ayah yang menghapus keringat pada tubuh kekarnya, aku tak mengerti arti senyumnya itu selain manisnya rasa es roti yang ayah belikan untukku dan adikku, kemudian ayah terus berlalu berpacu mendorong gerobak memenuhi panggilan para pedagang di seberang jalan. 
Terkadang ayah juga ikut “oto pra” untuk memuat karet yang akan dijual ke kota, sesekali aku juga diajak ayah untuk ikut menemaninya dan seiring berlalunya waktu bau karet yang begitu menyengat seperti bau gulali bagiku karena sudah terbiasa. Dalam sibuk yang lainnya amak duduk bersama tungku penggorengan berharap malam cukup panjang untuk menyiapkan gorengan yang akan dijual ke pasar esok paginya, walau sebenarnya tak ada malam yang cukup panjang baginya, bahkan untuk sekedar terpejam bukanlah tidur baginya, adalah semangatnya mendahului kokok ayam dari satu pagi dan pagi-pagi selanjutnya. 
Pasar seperti rumah kedua bagi orang tuaku, tak ada pasar yang cukup jauh dalam semangat mereka, walau harus menempuh berjam-jam perjalanan hingga licinnya jalan tanah bahkan guyuran hujan tak pernah menjadi alasan untuk mereka diam di rumah. Aku seringkali berpikir kala itu, “entah asa apa yang membuat orang tuaku begitu keras pada hidupnya?”. 
Di sekolah (SD dan SMP), di tengah teman-teman bermain aku bukanlah girang seperti tawaku sa’at itu, karena setiap detiknya kujalani dengan begitu berat. Tak jarang ejekan teman-teman padaku tentang pekerjaan orang tuaku kuanggap seperti suara radio usang milik ayahku sebagai suara yang selalu mengantar sebelum tidurku. Walau dipanggil “anak tukang angkek”, suara gerobak yang kata mereka mengganggu pendengaran mereka, kuingat setiap hari dengan berusaha lebih baik, mendapatkan nilai yang lebih baik, menjadi ketua kelas, bermain bola dengan baik, menjadi pelaksana upacara, mengikuti pramuka, mengikuti lomba baca Al-Qur’an, dan semua hal yang bisa kulakukan dengan sebaik-baiknya, karena hanya itu yang bisa mengobati setiap luka dari apa yang kudengar dan sekedar menunjukkan kepada mereka bahwa siapa aku atau keluargaku bukan serendah seperti cemooh dan apa yang mereka pikirkan. 
Setelah beberapa lama sepertinya usaha orang tuaku cukup berhasil, cukup untuk kemudian kami membangun sebuah rumah sederhana yang tidak lagi berdindingkan papan dan juga bisa membeli beberapa barang elektronik, serta tak lagi menggunakan lampu minyak tanah. Tinggal di dalamnya adalah seperti sebagian mimpi kebanyakan anak seperti aku. Hingga tak kusadari setiap harinya pada beberapa sisi waktu juga merubahku bersama gejolak remaja dengan semua pertanyaan di kepalaku. Beberapa kali aku melakukan hal-hal yang membuat orang tuaku marah dengan setiap pukulan yang pada dasarnya memang pantas kuterima tapi kusanksikan.
Masa SMA kusebut dengan masa penuh mimpi. Dari awal masuk SMA aku memiliki keinginan lain untuk kuliah yang pada masa itu seperti hal yang mustahil dengan kondisi ekonomi keluarga kami, bahkan sebelum kukatakan keinginan itu, sebelumnya orang tuaku sudah mengatakan terlebih dahulu bahwa “jangan bermimpi untuk kuliah”. Semasa SMA tanpa sepengetahuan orang tuaku, keinginan untuk kuliah selalu hidup di dalam diriku bahkan dari hari ke hari semakin menggebu-gebu meski tak kutau cara mewujudkannya selain berusaha mendapatkan nilai yang bagus di sekolah yang mungkin bisa memberikanku beasiswa. 
Di kelas 1, aku merasa kesulitan mendapatkan nilai terbaik untuk sekedar masuk 10 besar, namun dengan usaha dan tekad yang keras kelas 2 hingga tamat aku bisa mendapatkan juara 1 dan mempertahankannya. Walau demikian pada waktu sebelum dan sesudah ujian UAN adalah masa yang hampir membuatku putus asa karena keinginan untuk kuliah belum juga menemukan jalannya setelah tidak kunjung mendapat beasiswa dan program PMDK pun tidak berjalan sesuai yang “diharapkan”. Bukan tak iba sama orang tua, hanya saja seperti ada keyakinan yang begitu kuat di dalam diri ini bahwa sebenarnya mereka selalu mengusahakan yang terbaik untuk anaknya, seperti ketika kuingat kata mereka, “amak jo ayah hanyo bisa mancai iduik dan tugas ang sekolah yang baik”
Dengan tekad dan kesabaran yang tersisa, bagiku bekerja untuk mendapatkan uang mungkin satu-satunya jalan untuk tetap bisa kuliah yang pada akhirnya kulakukan. Pada waktu itu sebenarnya bukanlah “kuliah” yang benar-benar kuinginkan, hanyalah “kuingin untuk merubah kehidupan keluarga dan pada waktunya, aku juga ingin menguliahkan adikku satu-satunya yang tak mungkin bisa kuliah bila masih mengharapkan biaya dari orang tuaku”.
Selama kuliah, kuakui tak selalu bisa menjadi anak yang baik bagi orang tuaku karena lingkungan kota seperti mengubahku hingga pada beberapa sisi aku sering lupa susahnya untuk mewujudkan kuliah dan kulakukan hal yang tak seharusnya. Walau aku tak mendapatkan IPK 4.00 atau predikat sebagai lulusan terbaik yang mungkin merupakan kebanggaan setiap orang tua, aku hanya selalu berusaha melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti aktif dalam organisasi kampus, berusaha aktif dalam perkuliahan, beberapa kali masuk media karena kegiatan yang entah merupakan kebanggaan atau tidak yang sesekali dengan cukup semangat mereka kabarkan kepada beberapa tetangga, teman-teman mereka di tempat kerja, dan orang-orang yang mereka kenal. 

Pada akhir kelulusan ini entah kabar apa yang bisa kuberikan untuk setidaknya menjadi pelepas penat orang tuaku dari setiap usaha, pengorbanan dan air mata yang telah mereka berikan untuk menguliahkanku selama ini selain mengatakan bahwa sekarang NAMAKU ROMI MESRA, S.Pd dan “AKU BANGGA MENJADI ANAK PETANI, KULI PASAR, DAN PENJUAL GORENGAN”.


Comments

Magdalena Melan said…


Luarbiasa mner, saya terharu membacanya..
Saya yang bukan orang tua mner, membaca saja sampai terharu.. Luarbiasa bangga saya sama mner..

Semoga saya bisa mengikuti jejak mner, saya juga ingin mengubah kondisi ekonomi orang tua saya, menjadi lebih baik lagi.
Pengorbanan mner, tidak sia - sia. 😊
Mner, bisa menjadi seorang dosen.. Dan itu sangat luarbiasa mner bagi saya..
Sangat salut sama mner..
Rygel Ra'bung said…
Sangat menginspirasi Mner😇
Sukses trus kedepannya mner💪
Iren sinuraya said…
sangat memotivasi bagi semua orang yang ingin sukses bukan hanya untuk pejuang S2
Eleni gea said…
Thanks mner saya sangat termotivasi lewat bacaan diatas 😇 semoga saya bisa seperti mner😇 usaha tidak akan menghianati hasil😇
Intanayu said…
Terimakasih mner pengalaman mner memicu motivasi bagi semua orang khususnya mahasiswa yang sedang berjuang saat ini.
Romi Mesra said…
Jika ada kesungguhan dan konsistensi, semoga semuanya nanti menjadi orang-orang sukses. Aaaamiiin
thanks Mner ini ngk cuman memotivasi tapi juga mengingatkan saya pada kasih sayang orang tua dari saya kecil smpai sekarang yang masih tega meminta pada mereka tanpa tau apa yang mereka alami dalam memenuhi kebutuhan saya thanks mner.
Masya Allah,
Semangat untuk bisa mengecam pendidikan tidak putus asa.semoga bisa menjadi kebanggan seluruh keluarga aamiinn ya robbal allamin 😇
EmaIndarti13 said…
Luar biasa mner , sangat memotivasi😇
Sukses terus kedepannya mner😇🙏
Maksi mner sangat menginspirasi mner semoga saya bisa seperti mner😇
Sangat menginspirasi banyak orang. Thanks Mner semoga kelak saya bisa menjadi orang yang dibanggakan orangtua saya. Sukses selalu Mner😇
Good mner🙏...sangat bagus dan mengisnpirasi
Agnes Ambarita said…
Terimakasih mner buat pengalaman hidupnya yang sangat menginspirasi kami semuaa 🙌
Nikita Sumarauw said…
Thanks mner saya termotivasi lewat pengalaman mner
Lee & You said…
Terbaik mner, Sukses terus mner
Anjeli Pundoko said…
This comment has been removed by the author.
Anjeli Pundoko said…
This comment has been removed by the author.
Sangat menginspirasi mner. Sukses selalu mner😇😇
andro kontu said…
Termotifasi dari berbagai Aspek, mantap mner pengalaman mner membuat saya lebih rajin kuliah.

Thnks mner Romi mesra
Enjelin Sirait said…
Memotivasi banyak orang dengan bacaan ini mner, tetap berkarya di manapun dan kapan pun😇
Tatipurba said…
Sangat termotivasi,terimakasih pak
Aku suka ☺ bagus dan sangat menginspirasi
Handryan Rellam said…
Mantap...sangat memotivasi
Fabio gigir said…
sungguh sangat bermanfaat
👍
Andrew Paendong said…
Mantappp mner
Sukses teruss kedepannya��
CindyLumintang said…
Hebat mner, sangat mengispirasi dan bermanfaat��
Mantap mner🖒 dan sangat menginspirasi bagi kami
Sunggu bermanfaat dan menginpirasi👍
Kezia J pinatik said…
Mantap mner... Sukses trus�� ditunggu karyaa berikutnya
Sangat menginspirasi mner dalam hidup kita. Semoga sukses terus mner
Rawal lisna said…
Mantap pak.
Sangat memotifasi kami anak bangsa
Sukses slalu pak
Zikhri Mawati said…
Sangat memotivasi Mner��
Mira Tampomalu said…
Mantap Mner sangat menginspirasi
Sukses buat Mner ��
This comment has been removed by the author.
Mantap Mner!!! Sangat Menginspirasi😉
Astrid Mamiloto said…
Mantap mner.. Sukses selalu
Sangat menginspirasi mner! jadi pembelajaran yang sangat luar biasa bagi anak anak mudah saat ini, bahwa keterbatasan dan kekurang ekonomi tidak bisa menghambat pendidikan untuk mencapai kesuksesan😇
This comment has been removed by the author.
sanda gloria said…
Sangat terinspirasi mner. Sukses selalu
Unknown said…
Mantap mner.
Sukses slalu.

Unknown said…
Sangat menginspirasi mner.Sukses selalu.
Unknown said…
Mantap Mner sangat menginspirasi.Sukses selalu.
RiandySasue89 said…
mantap mner. sukses slalu.
sangat menginspirasi mner.
sukses selalu.
Kristi Sudjono said…
Mantap mner, sukses selalu.
widya purba said…
Sangat menginspirasi mener 😊
hastuti soamole said…
sangat menginspirasi mner

Popular posts from this blog

KELENGKAPAN JURNAL

Journal Indexed by: Google Scholar Garuda RJI SINTA 4 COOPERATION: Refference Tools: Turnitin Mendeley Grammarly

ENGINTECH: Journal of Engineering and Technological Sciences