Skip to main content

LUNTURNYA JIWA NASIONALISME DI DALAM DIRI PEGAWAI PEMERINTAH (STUDI KASUS: PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI BESAR NASIONAL INDONESIA)



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

            PENULIS mencoba berangkat dari fenomena memperingati hari besar nasional Indonesia, salah satu kegiatan yang biasanya dilakukan adalah upacara bendera. Dalam hal ini berbagai instansi pemerintah biasanya mengeluarkan surat edaran untuk menghadiri pelaksanaan upacara bendera dalam rangka memperingati hari besar nasional tertentu. Menurut saya bentuk kegiatan pelaksanaan upacara bendera ini adalah sebuah kegiatan simbolis yang di dalamnya terkandung nilai-nilai, sikap integritas kita terhadap negara yang berarti ketika kita memperingati suatu hari besar nasional maka kita harus benar-benar menghayati peristiwa hari besar tersebut dengan bersungguh-sungguh menginternalisasikannya dan kemudian diwujudkan melalui sikap dan perilaku, setidaknya dengan bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan upacara bendera tersebut dengan tertib dan khidmat.
Mungkin terlihat sederhana dan mungkin juga beberapa orang menganggap persoalan ini adalah soalan yang remeh-temeh, akan tetapi menurut saya soalan dalam fenomena ini menjadi salah satu tolak ukur integritas warga negara, terlebih sebagai pegawai pemerintah Indonesia yang seharusnya menjadi contoh bagi lingkungannya, bagi peserta didik, bagi bawahan, dan lainnya terutama bagi masyarakat. Fenomena tersebut menjadi salah satu acuan lunturnya jiwa nasionalisme di dalam diri pegawai pemerintah kita, betapa tidak dalam hal ini berarti kurangnya kesadaran menjadi bagian dari birokrasi pemerintahan yang seharusnya menjadi instrumen pemerintah dalam mewujudkan visi dan misi negara.
Fenomena ini terjadi pada berbagai tingkatan struktur yang di dalamnya terdapat tingkatan jabatan, bahkan juga tidak memandang gelar akademis, mulai dari pegawai yang memiliki gelar terendah sampai yang bergelar profesor sekalipun. Kita bisa melihat bahwa biasanya yang memiliki jabatan tinggi dengan gelar yang biasanya juga tinggi, dalam kegiatan upacara bendera mereka berada pada barisan depan bersama pelaksana upacara, sebagian juga ada yang berbaur dengan barisan peserta upacara. Tidak sedikit yang kita lihat dari pegawai tersebut yang masih memainkan gadged di tangannya, ngobrol dengan teman di sekitarnya, dan melakukan aktifitas lainnya di luar kegiatan upacara bendera. Hal ini sangat kentara sekali terutama dilakukan oleh mereka yang berada di depan dan menghadap kepada peserta upacara, dengan melakukan hal-hal tersebut berarti sungguh telah hilang rasa malu tidak menjadi contoh pemimpin yang baik terhadap lingkungan dan terutama lunturnya jiwa nasionalisme terhadap negaranya.
Berikut beberapa perilaku dan tindakan pegawai pemerintah ketika mengikuti pelaksanaan upacara bendera dalam rangka memperingati hari besar nasional Republik Indonesia:

1.      Mengeluhkan Panas Matahari Pagi
Upacara bendera yang biasanya dilakukan di pagi hari dan di lapangan terbuka yang tentunya akan terjadi kontak langsung dengan sinar matahari pagi, ternyata tetap dikeluhkan oleh para peserta upacara sehingga banyak yang tidak lagi fokus terhadap rangkaian kegiatan upacara akan tetapi menjadi gelisah, ribut, dan sibuk meneduhkan diri. Padahal pada dasarnya selain matahari pagi yang tidak terlalu panas akan tetapi juga dapat menyehatkan tubuh peserta upacara. Namun realitasnya, masih banyak kita lihat bahkan bisa diamati sendiri perilaku-perilaku tersebut pada saat upacara masih sering terjadi di sekitar kita. Pegawai pemerintah seperti sekumpulan anak yang manja, yang bahkan takut akan sinar matahari pagi, padahal para pendiri bangsa ini mengorbankan nyawa, keluarga, masa muda, segalanya demi terwujudnya negara Indonesia yang merdeka,akan tetapi generasi selanjutnya malah takut akan sinar matahari pagi. Tidakkah begitu miris dan menyedihkan rasanya fenomena ini jika benar-benar kita hayati dan renungkan.

2.      Memainkan Handphone
Terlebih di era 4.0 ini dimana tekhnologi yang semakin maju terkadang telah menyandera setiap diri manusia sehingga tidak lagi menjadi hidup, kurang berbaur dengan sesama, kurang menjadi manusia. Handphone pada zaman sekarang ini sudah menjadi bagian dari diri manusia sehingga dibawa kemanapun manusia pergi termasuk dibawa oleh pegawai dalam pelaksanaan upacara bendera. Benda ini sebenarnya tidak akan menjadi problem jika tidak diaktifkan atau tidak digunakan selama prosesi upacar berlangsung. Akan tetapi realitasnya, kita masih akan melihat pegawai yang memainkan handphone bahkan ketika moment penting dalam rangkaian acara upacara bendera yaitunya pengibaran bendera merah putih, pembacaan UUD 1945, dan lainnya, beberapa pegawai sibuk memainkan handphonenya masing-masing.

3.      Selfie Atau Wefie
Pada saat seharusnya kita sebagai warganegara, terlebih bagi para pegawai pemerintah lebih khidmat menyerap nilai-nilai dari setiap moment peringatan hari besar nasional Indonesia melalui kegiatan upacara bendera, kita malah diperlihatkan fenomena para pegawai pemerintah yang masih sibuk melakukan selfie ataupun wifie ketika kegiatan upacara bendera tersebut berlangsung. Pada dasarnya kegiatan selfie ataupun wifie ini sepertinya benar-benar telah menghilangkan makna yang sebenarnya dari moment yang diperingati melalui upacara bendera tersebut dan digantikan dengan jumlah like dan koment yang mereka dapatkan ketika mengupload dokumentasi tersebut ke media sosial ataupun juga tergantikan dengan rasa puas yang didapatkan ketika mengoleksi dokumentasi (foto) dari setiap moment peringatan hari besar nasional tersebut. 

4.      Mengobrol Dan Bersenda Gurau
Pada saat seharusnya posisi badan siap sesuai dengan aba-aba dari pemimpin upacara bendera, akan tetapi karena berbagai alasan para pegawai sebagai peserta upacara malah asyik mengobrol dengan sejawat, bahkan bersuara keras memanggil dan bercerita, bersenda gurau ketika rangkaian upacara bendera berlangsung. Bahkan meskipun dalam posisi istirahat sesuai aba-aba dari pemimpin upacara, maka hal tersebut tetap tidak boleh dilakukan selama prosesi upacara berlangsung sampai peserta upacara dibubarkan oleh pemimpin upacara. Hal ini terlebih malah diinisiatori oleh para pegawai senior yang seharusnya menjadi contoh bagi pegawai muda, hal ini berimplikasi langsung terhadap sikap dan tindakan pegawai muda yang juga melakukan hal yang sama bahkan lebih.

5.      Berjalan-Jalan Dan Berpindah Posisi di Dalam Barisan
Fenomena lanjutan lainnya ialah adanya aktifitas pegawai pemerintah yang berjalan-jalan bahkan berpindah posisi dalam barisan ketika upacara berlangsung. Beberapa pegawai beralasan panas di posisiawal yang mereka tempati sehingga mencari tempat yang lebih teduh atau yang lebih nyaman. Beberapa lainnya juga beralasan capek hingga mencari teman ngobrol sehingga tidak bosan selama prosesi upacara bendera berlangsung. Tentu apapun alasannya, aktifitas berjalan-jalan dan berpindah posisi dalam barisan tersebut tidaklah dibenarkan selama di dalam rangkaian upacara bendera berlangsung.

6.      Menutupi Wajah Dengan Kertas Atau Tissue
Selanjutkan kita juga akan dipertontonkan dengan pemandangan para pegawai pemerintah yang sibuk menutupi wajahnya dari sinar matahari dengan kertas, tissue, dedaunan, tas, dan lain sebagainya, padahal seharusnya peserta upacara dalam kondisi siap dan khidmat mengikuti seluruh rangkaian upacara bendera tersebut. Hal ini memperlihat mental pegawai pemerintah yang lemah, tidak berintegritas serta kurang menginternalisasikan nilai-nilai nasionalisme ke dalam dirinya masing-masing. Beberapa alasan yang diungkapkan adalah takut perawatan wajahnya rusak, dengan sikap seperti itu terlihat benar bahwa akan sulit mencapai cita-cita bangsa Indonesia yang terkandung di dalam dasar negara kita yaitunya pancasila serta UUD 1945. Jangankan untuk mencapai hal tersebut, untuk sekedar menumbuhkan jiwa nasionalisme yang tinggi sepertinya akan sangat sulit untuk wujudkan.
Sebenarnya kita menyadari masih banyak fenomena lainnya yang berkaitan dengan lunturnya jiwa nasionalisme para pegawai pemerintah kita, namun semoga dari beberapa contoh yang penulis identifikasi berdasarkan hasil observasi yang kemudian penulis narasikan dalam artikel di atas   semoga akan ikut menggugah hati para pegawai pemerintah kita untuk berbenah dan mengintrospeksi diri sehingga kita tidak seakan berangan-angan menciptakan perubahan secara global namun untuk mencapai semua itu nyatanya kita harus terlebih dahulu melakukan perubahan mulai dari diri kita sendir
.
Demikianlah tulisan ini saya buat, semoga bisa menjadi referensi yang relevan dengan kebutuhan pembaca. Tentu tulisan ini tidak luput dari kekurangan, bagi pembaca yang ingin memberikan kritik maupun saran boleh kirimkan melalui medsos penulis di bawah ini:


Sumber Gambar: https://seputarilmu.com/2019/04/nasionalisme.html diakses pada hari Jumat, 29 November 2019, Pukul 21.5 WITA

TERIMAKASIH...

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...


Comments

Popular posts from this blog

Aku Bangga Menjadi Anak Petani, Kuli Pasar, dan Penjual Gorengan

Tulisan ini didedikasikan untuk keluargaku... Aku terlahir dengan nama Romi Misra pada hari kamis, 16 Mei 1991 dari keluarga yang kusebut Petani. Cerita semasa kecil ketika Romi kecil pernah tercebur ke dalam sawah yang kemudian bermandikan lumpur seperti sayup terdengar dikatakan oleh beberapa orang, pasti menjadi hiburan tersendiri bagi orang-orang yang menyaksikannya di kala itu. Musim ke sawah seperti sebelumnya adalah kesibukan amak di “ tanah kopuang ” menanam benih padi-mencabut benih padi-kemudian menanamnya di sawah.  Malam haru di hari yang lain disaksikan pondok kecil di tengah sawah bersama lampu minyak tanah yang kadang redup, serta suara radio usang kesayangan ayah, di sana ayah terasa begitu dekat hingga tidur berlalu dibangunkan pagi dan suara burung pipit. Aku tumbuh di dalam sebuah ruangan (seingatku 5X7 Meter) berdindingkan papan   dan anak tangga kayu yang dengan sangat bangga kusebut sebagai rumah. Setiap musim durian adalah sebagian waktu yan...

KELENGKAPAN JURNAL

Journal Indexed by: Google Scholar Garuda RJI SINTA 4 COOPERATION: Refference Tools: Turnitin Mendeley Grammarly

ENGINTECH: Journal of Engineering and Technological Sciences