Skip to main content

TIPE PEMIMPIN YANG HANYA MENJALANKAN RUTINITAS



PEMIMPIN merupakan agent of change yang seharusnya menjadi pelopor dalam usaha menciptakan kondisi ideal di dalam sebuah masyarakat. Menjadi pemimpin pada dasarnya bukanlah kemenangan sebuah pemilihan umum, bukanlah sebuah hadiah, bukanlah sebuah posisi untuk orientasi materi serta embel-embel lainnya. Seorang pemimpin memiliki tanggungjawab yang sangat besar terhadap manusia yang dipimpin dan terutama terhadap tuhan yang maha esa. Umumnya dalam sebuah pemilihan menjadi seorang pemimpin, orientasinya adalah memenangkan pemilihan tersebut, berbagai cara dilakukan untuk mencapainya, mulai dari cara-cara yang sesuai prosedur hingga kampanye hitam (black campaign), money pilitic dan lain sebagainya. Namun sebenarnya yang kemudian menjadi persoalan lanjutan dan merupakan persoalan clasical seorang pemimpin terpilih adalah hanya melakukan aktifitas-aktifitas, birokrasi, program-program yang sifatnya adalah rutinitas pemimpin setiap periodenya sehingga mengakibatkan daerah di bawah kepemimpinannya tidak mengalami perubahan yang diharapkan, berikut beberapa tipe pemimpin yang hanya menjalankan rutinitas setelah dipilih oleh masyarakat:

1.      Tidak Ada Perubahan Kondisi Masyarakat
Setiap masyarakat tentu memiliki problematikanya masing-masing. Ada masyarakat yang memiliki masalah yang sederhana hingga yang sangat rumit sekali. Di sinilah fungsi pemimpin yaitunya membuat programprogram kebaruan guna mengurai masalah yang ada. Namun realitasnya, kita sering melihat kondisi masyarakat yang tidak berubah, masih stagnan dengan permasalahan yang sama, malah semakin memburuk dimana permasalahan semakin akut dan menjalar ke berbagai aspek kehidupan masyarakat. Misalnya, bebrapa tahun sebelumnya masalah di masyarakat adalah banyaknya pemakai narkoba, beberapa tahun kemudian malah bertambah dimana masyarakat bukan lagi pemakai, bahkan anakanak sudah menjadi pengedar narkoba.
Dengan kondisi yang seperti itu, sangat janggal rasanya ketika seorang pemimpin tidak memiliki perhatian lebih, tidak ada program preventif dan represif, membiarkannya menjadi rahasia umum di tengah-tengah masyarakat.

2.      Orientasi Menjabat Untuk Mengembalikan Modal Kampanye Atau Memperkaya Diri
Tentu kita sama-sama mengetahui bahwa dalam kontestasi pemilihan umum, para calon sebagian besar mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk pembiayaan pencalonanya serta proses kampanye yang panjang. Tidak jarang juga para calon pemimpin yang sampai menjual hartanya, berhutang, dan lain sebagainya demi mewujudkan ambisinya untuk maju di dalm sebuah pemilihan umum. Tterlepas dari semua itu, apakah orientasi pemimpin terpilih bisa dipisahkan dari konsep uang? Ini menjadi sebuah problem yang sangat kompleks di dalam diri pemimpin terpilih, secara normatif tentu ia harus profesional melaksanakan jabatannya dan merealisasikan janji-janji kampanyenya yang tertuang ke dalam visi dan misi yang telah ia sampaikan kepada masyarakat pada saat kampanye berlangsung.
Namun, di sisi lain melalui orientasi yang salah terhadap sebuah jabatan, dimana ketika terpilih maka mainset beberapa pemimpin berubah menjadi memperkaya diri, mengembalikan modal, membayar hutang kampanye, dll yang tentunya tidak akan mudah diwujudkan dengan hanya mengandalkan gaji dan tunjangan jabatan. Dan meskipun seorang pemimpin tersebut pada dasarnya adalah orang yang kaya raya, akan tetapi konsep “uang” semerta-merta sangat besar mempengaruhi cara pikir, cara pandang seseorang, apalagi sifat hakikat manusia yang tidak pernah puas.

3.      Sikap Senang Jalan-jalan dan Menghabiskan Anggaran
Banyak sekali kegiatan-kegiatan yang diikuti oleh para pejabat, baik yang diinisiatori oleh pemerintah ataupun instansinya sendiri. Pada dasarnya kegiatan-kegiatan tersebut bisa menjadi jalan untuk mendapatkan informasi pengetahuan-pengetahuan baru untuk bisa aplikatif terhadap penyelesaian permasalahan yang ada di daerahnya masing-masing. Seperti halnya kegiatan workshop, seminar, studi banding, dan lain sebagainya. Namun realitasnya, semua kegiatan tersebut tidak mendatangkan pembaharuan kinerja, tidak memunculkan ide-ide baru dalam upaya pemecahan berbagai persoalan di daerahnya masing-masing. Tentu hal ini seharusnya menjadi sebuah pertanyaan terutama bagi diri sendiri pemimpin tersebut, apa manfaat yang ia dapatkan dari kegiatan-kegiatan tersebut, adakan permasalahan masyarakat yang teratasi melalui kegiatan tersebut. Masyarakat patut mempertanyakan manfaat yang mereka dapatkan dari kegiatan-kegiatan yang melibatkan pemimpin mereka yang tentu juga pada dasarnya didanai melalui uang rakyat. Ataukah para pemimpin sebenarnya berorientasi bahwa kegiatan tersebut tidaklah penting, namun orientasinya adalah hanya senang jalan-jalan, dan menghabiskan anggaran.

4.      Tidak Memiliki dan Melaksanakan Program yang Bersifat Inovatif
Problema yang satu ini sering kita jumpai dimana pemimpin terpilih hanya melaksanakan program-program terdahulu yang terkadang tidak lagi relevan dengan persoalan kebaruan saat ini. Misalnya, studi banding, workshop, kunjungan kerja, rapat kerja, rapat evaluasi, pertemuan-pertemuan, membuat anggaran, pendataan penduduk, dan lain sebagainya sebatas menjalankan birokrasi yang ada. Tidak ada program baru guna mengatasi persoalan yang tidak bisa diatasi oleh program-program sebelumnya.

5.      Membiarkan Permasalahan-Permasalahan di Masyarakat yang Tidak Bisa Ia Atasi (Tidak Kompeten)
Banyak persoalan di masyarakat yang sudah menjadi rahasia umum, akan tetapi selama permasalahan tersebut tidak muncul ke permukaan dan berdampak langsung terhadap dirinya terutama jabatannya maka hal tersebut berhenti dicarikan jalan ke luarnya, biasanya beralasan karena sudah seringkali dibuat program-program namun tidak juga berhasil mengatasi masalah, ia menyerah kepada keadaan. Banyak permasalahan-permasalahan seperti, narkoba, hamil di luar nikah, tawuran, tindak kekerasan, bullying, dan lain sebagainya yang sebenarnya harus secara konsisten dicarikan jalan ke luarnya melalui program-program yang secara berkala dievaluasi dan diperbaharui.

6.      Visi dan Misi Hanyalah Ilusi yang Ia Sendiri Tidak Mengerti
Tentu persoalan visi dan misi hakikatnya bukanlah sekedar tulisan-tulisan di atas kertas, kumpulan konsepkonsep kerja yang bersifat ilustratif, kumpulan filefile di dalam folder komputer. Visi dan misi adalah orientasi dan program-program yang benar-benar ia rancang berlandaskan kebutuhan masyarakat, bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan yang terjadi dari masyarakat. Realitasnya adalah, banyak sekali calon pemimpin pada saat pemilihan hanya mengcopy-paste ataupun mengedit visi dan misi dari orang lain, dari internet, parahnya lagi ia bahkan tidak paham maksud dari visi dan misi tersebut, sehingga wajar saja kondisi masyarakatnya tidak berubah, karena tidak adanya orientasi dan program kerja yang sistematis, tersusun dengan baik.

7.      Orientasi yang Salah Tentang Konsep Jabatan
Pada dasarnya jabatan adalah sebuah amanah yang sangat berat, akan tetapi pada zaman sekarang ini setiap orang berlomba-lomba untuk menjadi seorang pemimpin meskipun ia sendiri sebenarnya sadar bahwa ia tidak akan mampu, kurang pengetahuan, kurang motivasi, kurang ikhlas, dan lain sebagainya. Namun seba orientasi bahwa pemimpin memiliki kekuasaan, uang, penhormatan, kemudahan akses, dll  membuat seseorang mengesampingkan semua ketidakmampuannya demi memperoleh keniscayaan sebuah jabatan tersebut. Disadari atau tidak beberapa calon pemimpin, ataupun pemimpin terpilih memiliki orientasi bahwa jabatan adalah uang, jabatan adalah penghormatan, jabatan adalah akses, jabatan adalahadalah lainnya. Implikasinya, orientasi ini menurunkan etos kerja, sehingga kinerja para pemimpin seperti ini sangatlah rendah, akan tampak dimana tidak adanya perubahan di dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat menghadapi masalah yang sama setiap periode pemimpin terpilih, tidaka ada kemajuan.

Demikianlah tulisan ini saya buat, semoga bisa menjadi referensi yang relevan dengan kebutuhan pembaca. Tentu tulisan ini tidak luput dari kekurangan, bagi pembaca yang ingin memberikan kritik maupun saran boleh kirimkan melalui medsos penulis di bawah ini:

Sumber Gambar:
https://www.finansialku.com/pemimpin-perusahaan-yang-baik/ diakses pada hari senin, 18-11-2019 pukul 09.35 WITA

Comments

Popular posts from this blog

Aku Bangga Menjadi Anak Petani, Kuli Pasar, dan Penjual Gorengan

Tulisan ini didedikasikan untuk keluargaku... Aku terlahir dengan nama Romi Misra pada hari kamis, 16 Mei 1991 dari keluarga yang kusebut Petani. Cerita semasa kecil ketika Romi kecil pernah tercebur ke dalam sawah yang kemudian bermandikan lumpur seperti sayup terdengar dikatakan oleh beberapa orang, pasti menjadi hiburan tersendiri bagi orang-orang yang menyaksikannya di kala itu. Musim ke sawah seperti sebelumnya adalah kesibukan amak di “ tanah kopuang ” menanam benih padi-mencabut benih padi-kemudian menanamnya di sawah.  Malam haru di hari yang lain disaksikan pondok kecil di tengah sawah bersama lampu minyak tanah yang kadang redup, serta suara radio usang kesayangan ayah, di sana ayah terasa begitu dekat hingga tidur berlalu dibangunkan pagi dan suara burung pipit. Aku tumbuh di dalam sebuah ruangan (seingatku 5X7 Meter) berdindingkan papan   dan anak tangga kayu yang dengan sangat bangga kusebut sebagai rumah. Setiap musim durian adalah sebagian waktu yan...

KELENGKAPAN JURNAL

Journal Indexed by: Google Scholar Garuda RJI SINTA 4 COOPERATION: Refference Tools: Turnitin Mendeley Grammarly

ENGINTECH: Journal of Engineering and Technological Sciences