Skip to main content

TERKADANG KEHIDUPAN YANG TIDAK KITA INGINKAN, ADALAH KEHIDUPAN YANG DIIDAMKAN OLEH ORANG LAIN




            SETIAP orang pada hakikatnya memiliki tujuan hidup masing-masing. Meskipun terkadang di dalam perjalanannya tujuan hidup itu pun seringkali mengalami perubahan karena disebabkan oleh berbagai faktor, apakah karena faktor lingkungan, kesempatan yang tidak terduga, keberuntungan, perubahan cara pandang, dan lain sebagainya. Baik atau buruknya suatu kehidupan terkadang tergantung pada perspektif setiap orang yang menjalani kehidupan tersebut.

Tolak ukur keberhasilan hidup pun berbeda-beda pada setiap orangnya, semisalnya uang, mungkin kebanyakan orang akan bekerja siang dan malam demi memperoleh banyak uang karena menurutnya uang akan membuatnya menikmati kehidupan. Namun di sisi lain banyak sekali orang-orang yang memiliki banyak uang yang mengakhiri kisah hidupnya dengan overdosis, masuk penjara, bunuh diri dan lain sebagainya. Berikut mungkin beberapa contoh fenomena kehidupan yang dilihat dari dua sisi yang berbeda:

  1. Bekerja Sebagai Seorang Pedagang dan Bekerja Sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara)

Mungkin beberapa dari kita yang saat ini memiliki profesi sebagai seorang pedagang namun masih melihat pekerjaan sebagai seorang Aparatur Sipil Negara adalah sebuah pekerjaan yang sangat menjanjikan dan terkadang masih menimbulkan perasaan minder, merasa hidupnya tidak lebih baik dari orang lain yang bekerja sebagai seorang ASN.

Beberapa pedagang mungkin bahkan akan rela meninggalkan profesinya dan melakukan berbagai cara agar bisa menjadi seorang ASN,  orientasi terhadap penampilan seorang ASN juga terkadang menjadi daya tarik yang sangat besar dan terkadang juga “membutakan” mata. Namun pada dasarnya setiap pekerjaan itu tidaklah jauh berbeda jika tolak ukurnya adalah kebahagiaan. Ada kondisi dimana orang-orang yang bekerja sebagai ASN harus jauh dari keluarga, berbulan bahkan bertahun tidak berjumpa dengan keluarga, sedangkan seorang pedagang setiap hari kemungkinan besar bisa berkumpul bersama keluarganya. Tidakkah kebahagiaan itu adalah tujuan hidup yang sebenarnya.

  2.  Belum Menikah dan Sudah Menikah

Pada usia tertentu (misalnya 24-35 Tahun) baik perempuan ataupun laki-laki akan disibukkan oleh pertanyaan kapan menikah, kapan memiliki momongan, kapan punya rumah sendiri, dan lain sebagainya. Bagi perempuan atau laki-laki yang masih belum menikah, pada fase ini akan menjadi fase yang sangat menjemukan, bahkan cenderung menjengkelkan. Terlebih ketika teman-teman sejawat yang sebagian besar sudah menikah, dan ditambah lagi di lingkungan kerja teman-teman kerja juga sebagian besar sudah menikah atau minimal sudah memiliki calon pendamping.

            Ketika sesorang yang belum menikah melihat orang-orang yang sudah menikah mungkin akan muncul perasaan iri, beriba hati, merasa hidupnya lebih buruk, namun pada dasarnya kehidupan orang menikah juga mengalami pasang surut, pertengkaran, percekcokan, bahkan ada yang dirundung perceraian. Bagi yang masih belummenikah, setidaknya ia hanya memikirkan kapan menikah, kapan calonnya dipertemukan dengannya, namun bagi yang sudah menikah bisa jadi permasalahannya lebih kompleks, istri/ suami yang protektif, pertengkaran terus menerus, gelisah karena belum meimiliki anak, mertua yang ikut ccampur urusan rumah tangga anaknya, memikirkan belanja bulanan istri, tingkah laku anak yang nakal, dan lain sebagainya.

            Setiap takdir yang ditetapkan tuhan kepada kita tentu tergantung kepada bagaimana cara kita menyikapinya, keadaan tersebut akan menjadi baik jika kita tanggapi positif dan akan menjadi buruk jika kita tanggapi secara negatif. Misalnya persoalan jodoh, bisa jadi tuhan sedang mempersiapkan kita jodoh yang lebih baik sehingga kita harus terus berdoa, dan berusaha serta dikuatkan dengan kesabaran. Dan bagi yang sudah menikah dan diberi cobaan rumah tangga yang tiada hentinya, mungkin saja tuhan sedang menguji kekuatan cinta, kekuatan iman pasangan tersebut. Begitu pentingnya kita selalu berpikir positif dalam menghadapi kehidupan ini.

   3. Orang Kaya dan Orang Miskin

Umumnya setiap orang pasti bercita-cita ingin menjadi orang kaya, sehingga banyak yang bersekolah setinggi-tingginya, bekerja siang dan malam, bekerja ke kota, bekerja hingga ke luar negeri, mencari pekerjaan di tempat yang memungkinkan untuk mengubah nasib menjadi lebih baik, meskipun harus bekerja jauh dari keluarga. Kita telah terdoktrinisasi bahwa kemiskinan itu adalah hal yang buruk, meskipun belum juga menjadi orang kaya membuat kita lebih baik.

            Tentu kita mengetahui banyak orang yang juga melakukan berbagai cara, termasuk halhal yang dilarang untuk menjadi orang kaya, misalnya dengan berjudi, menjadi begal, menipu orang lain, menyogok, main orang dalam, dan lain sebagainya dengan harapan akan memiliki banyak uang dan bisa mendapatkan apapun yang kita inginkan. Namun orang-orang seperti ini tidak jarang berakhir di penjara, bangkrut, dipecat, bahkan ada yang dibunuh dan lain sebagainya.

Tidakkah kita melihat begitu banyak orang kaya yang anak-anaknya menjadi tidak terurus, tawuran, dan melakukan tindakan anarki lainnya. Orang tua yang kaya sibuk dengan pekerjaannya, pergi pagi dan pulang malam sehingga anak-anak tidak terurus bahkan hidupnya diatur oleh waktu dinas, waktu kantor. Banyak juga yang tidak sempat liburan, menghabiskan waktu bersama keluarga, tidak cukup tidur, tidak meiliki waktu mendidik anak, dan masih banyak lagi fenomena kehidupan orang kaya lainnya.

Di sisi lain kita melihat bahwa keluarga miskin atau kurang mampu, yang hidupnya sederhana akan tetapi kehidupannya penuh cinta, harmonis, diliputi kasih sayang. Makan bersama satu meja, bercanda gurau di rumah, berlibur ketika waktu senggang, anak-anak dididik langsung oleh ibu dan bapaknya. Meskipun untuk persoalan pemenuhan kebutuhannya mereka mengalami kesulitan, misalnya ketika tidak ada beras mereka memakan ubi yang ditanam di sekitaran rumah, memasak makan dari hasil tanaman yang ada di kebun, ereka tetap makan dengan lahap dan becerita dengan penuh semangat, tawa, ceria.

Dari berbagai kondisi yang penulis narasikan di atas, setidaknya kita menyadari bahwa kita harus mulai menjalani hidup dengan penuh rasa syukur tanpa harus terus membanding-bandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain yang lebih baik. Tentu saja tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita minta.  Terkadang apa yang tampak baik pada kehidupan orang lain, bisa jadi merupakan kehidupan yang buruk vagi mereka. Dan bisa jadi kehidupan yang kurang baik yang sedang kita jalani, adalah kehidupan yang diidamkan oleh orang lain.

Demikianlah tulisan ini saya buat, semoga bisa menjadi referensi yang relevan dengan kebutuhan pembaca. Tentu tulisan ini tidak luput dari kekurangan, bagi pembaca yang ingin memberikan kritik maupun saran boleh kirimkan melalui medsos penulis di bawah ini:

Comments

Popular posts from this blog

Aku Bangga Menjadi Anak Petani, Kuli Pasar, dan Penjual Gorengan

Tulisan ini didedikasikan untuk keluargaku... Aku terlahir dengan nama Romi Misra pada hari kamis, 16 Mei 1991 dari keluarga yang kusebut Petani. Cerita semasa kecil ketika Romi kecil pernah tercebur ke dalam sawah yang kemudian bermandikan lumpur seperti sayup terdengar dikatakan oleh beberapa orang, pasti menjadi hiburan tersendiri bagi orang-orang yang menyaksikannya di kala itu. Musim ke sawah seperti sebelumnya adalah kesibukan amak di “ tanah kopuang ” menanam benih padi-mencabut benih padi-kemudian menanamnya di sawah.  Malam haru di hari yang lain disaksikan pondok kecil di tengah sawah bersama lampu minyak tanah yang kadang redup, serta suara radio usang kesayangan ayah, di sana ayah terasa begitu dekat hingga tidur berlalu dibangunkan pagi dan suara burung pipit. Aku tumbuh di dalam sebuah ruangan (seingatku 5X7 Meter) berdindingkan papan   dan anak tangga kayu yang dengan sangat bangga kusebut sebagai rumah. Setiap musim durian adalah sebagian waktu yan...

KELENGKAPAN JURNAL

Journal Indexed by: Google Scholar Garuda RJI SINTA 4 COOPERATION: Refference Tools: Turnitin Mendeley Grammarly

ENGINTECH: Journal of Engineering and Technological Sciences