Skip to main content

ESENSI MEMBUAT TUGAS KULIAH BERBASIS PROJECT DI ERA 4.0


script">



Dewasa ini seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin luas dan canggih, terkadang berimplikasi langsung terhadap budaya belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Di satu sisi, dinamika kebudayaan tersebut mendorong minat mahasiswa untuk menciptakan budaya belajar yang sangat termotivasi seiring dengan dukungan informasi dan infrastruktur yang sudah memadai. Di sisi lain, dinamika tersebut memunculkan tragedi budaya, dimana mahasiswa cenderung menjadi malas (budaya malas) karena mahasiswa lebih dominan menjadi pengikut (follower) dengan tidak memanfaatkan akses informasi yang terbuka lebar untuk lebih konstruktif mengembangkan kompetensinya, akan tetapi hanya menjadikannya sebagai media hiburan. Misalnya (curhat, stalking, menggosip, mencari follower, dll di medsos), padahal hakikatnya medsos akan lebih baik digunakan sebagai media pembelajaran, mencari informasi, menambah pengetahuan, dan yang terpenting terkhusus untuk mahasiswa adalah agar menunjang perkuliahannya, sehingga menjadi mahasiswa yang berkompetensi dan berprestasi.
Selanjutnya dosen sebagai tenaga pendidik juga terimplikasi langsung oleh fenomena perkembangan IPTEK tersebut yang dalam hal ini saya sebut dinamika kebudayaan. Khususnya dalam proses belajar mengajar, seorang dosen juga harus mengikuti perkembangan zaman, termasuk dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang kekinian sehingga antara dosen dan mahasiswa berada pada frekuensi perkembangan informasi yang sama, dengan begitu harapan untuk tercapainya output pembelajaran yang diinginkan bisa lebih rasional.
Dalam hal ini penulis berupaya bereksperimen dengan metode pembelajaran tugas terstruktur berbasis project yaitunya dengan mengarahkan mahasiswa untuk masing-masing membuat blog pribadi. Bagi saya, tugas ini bukan semerta-merta mengenai media blog ataupun konten dari blog yang akan mahasiswa tulis, akan tetatapi lebih kepada hal-hal sebagai berikut:
1.      Menilai Aspek Afektif (A1), Mengikuti dan Mematuhi Arahan Dosen
Pemikiran yang sederhana bahkan cenderung klasikal sebenarnya, namun budaya malas, acuh tak acuh, yang saat ini masih sangat banyak menjangkiti mahasiswa sangatlah tidak relevan dengan perkembangan zaman yang sudah sangat kompetitif di berbagai aspek kehidupan. Dalam hal ini setidaknya dosen dapat memberikan penilaian secara kategoris realitas kepribadian serta semangat belajar mahasiswa di era 4.0 ini.

2.      Meningkatkan Budaya Baca dan Menulis Mahasiswa
Pada kondisi tertentu, seorang dosen sering menghadapi kondisi dimana mahasiswa sulit sekali untuk memahami materi, bahkan ada yang tidak bawa alat tulis ketika mengikuti perkuliahan, ketika proses tanya jawab dan diskusi, mahasiswa pasif bahkan tidak mengetahui sedikitpun bahan diskusi. Melalui penugasan membuat blog, saya berharap mahasiswa mulai berangsurangsur meningkatkan budaya baca dan menulis sesuai dengan bidang studi yang bersangkutan. Hal ini didasarkan kepada budaya kekinian dimana setiap orang sangat senang membaca dan termotivasi menulis di media sosial yang bersifat publik, apalagi ada tambahan motivasi menulis blog dengan adanya peluang mencari uang, mengungkapkan ide, dan lain sebagainya.

3.       Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa (P2)
Di era 4.0 sekarang ini, rasanya sangat janggal sekali apabila mahasiswa belum memiliki email (Gmail), karena biasanya seorang dosen sudah menggunakan email untuk lalu lintas pengiriman tugas dan penyebaran informasi kepada mahasiswa. Dalam hal pembuatan blog, setidaknya masing-masing mahasiswa sudah harus wajib memiliki akuk Gmail. Karena kita masih menemukan beberapa mahasiswa bahkan belum memiliki akun tersebut. Nah, bagi yang belum punya, setidaknya pengetahuan dan keterampilan mereka bertambah dalam upaya membuat akun tersebut, termasuk dalam pembuatan akun blog itu sendiri. Meskipun sebenarnya secara kasat mata hal ini sangat sederhana sekali, akan tetapi inilah problem yang tidak jarang masih seorang dosen temui pada mahasiswa mereka. Ini juga berarti, keinginan mahasiswa untuk meningkatkan kompetensinya dan mengikuti perkembangan zaman sangatlah rendah.

4.      Menciptakan Iklim Belajar yang Kondusif
Seringkali kita temukan kondisi dimana proses belajar mengajar tersebut mengalami kejenuhan, hilangnya motivasi, hilangnya gairah berdiskusi, memudarnya rasa ingin tahu, hal tersebut bisa terjadi kepada mahasiswa maupun dosen itu sendiri. Dalam PBM tentu pada titik tertentu kita harus melakukan variasi mengajar, supaya ada suasana baru yang lebih kondusif dengan harapan gairah belajar mahasiswa maupun dosen menjadi lebih meningkat. Iklim belajar yang saya maksud adalah kondisi dimana mahasiswa secara sendirinya memiliki motivasi di dalam dirinya sendiri untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai seorang pembelajar, yang artinya benar-benar menjadikan belajar itu sebagai kebutuhan. Lingkungan kampus akan dihiasi oleh pemandangan para mahasiswa yang menjadikan lingkungan kampus sebagai media dan alat pembelajaran. Contohnya: berdiskusi di taman, mahasiswa yang membaca di tangga kampus, pustaka yang ramai, organisasi mahasiswa yang terarah dan bergairah, kesadaran mahasiswa menjaga kebersihan kampus, suasana PBM yang terkontrol dan bersemangat, dan lain sebagainya.
Melalui media blog, setidaknya mahasiswa melakukan metode-metode belajar yang berbeda dari sebelumnya, misalnya terbatas kepada diskusi, tanya jawab, dan metode ceramah. Blog maupun media yang berbeda lainnya bisa menyegarkan aspirasi serta motivasi belajar mahasiswa yang umumnya dalam kondisi ini belum memiliki blog sama sekali. Mahasiswa yang awalnya malas membaca materi, bisa ditugaskan untuk mencari referensi tentang materi dan menulisnya diblog pribadi masing-masing, kemudian seorang desen melakukan peninjauan dan penilaian. Dan saya rasa masih banyak yang bisa kita eksplorasi lagi metode penugasan melalui blog, yang intinya dalam upaya menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi mahasiswa.
TERIMAKASIH

Catatan. Sungguh tulisan ini jauh dari kata sempurna, karena didasarkan kepada perspektif personal dan pengalaman pribadi. Untuk itu diharapkan kritik dan saran dari pembaca melalui media sosial penulis di bawah ini.

IG        : https://www.instagram.com/romi_mesra16/

Sumber Gambar: http://www.teorikomputer.com/2019/01/perbedaan-web-developer-dan-web.html diakses pada hari selasa12 November 2019 Pukul 00.10 WITA

Comments

Sangat bagus materinya mner
Romi Mesra said…
Semoga bermanfaat dan bisa memotivasi mahasiswa serta merubah pola pikir kita semua...
Romi Mesra said…
Semoga bermanfaat dan bisa memotivasi mahasiswa serta merubah pola pikir kita semua...
Romi Mesra said…
Semoga bermanfaat dan bisa memotivasi mahasiswa serta merubah pola pikir kita semua...
Mantap mner.. Audrey hadir mner🙋
Anonymous said…
Mantap mner

Popular posts from this blog

Aku Bangga Menjadi Anak Petani, Kuli Pasar, dan Penjual Gorengan

Tulisan ini didedikasikan untuk keluargaku... Aku terlahir dengan nama Romi Misra pada hari kamis, 16 Mei 1991 dari keluarga yang kusebut Petani. Cerita semasa kecil ketika Romi kecil pernah tercebur ke dalam sawah yang kemudian bermandikan lumpur seperti sayup terdengar dikatakan oleh beberapa orang, pasti menjadi hiburan tersendiri bagi orang-orang yang menyaksikannya di kala itu. Musim ke sawah seperti sebelumnya adalah kesibukan amak di “ tanah kopuang ” menanam benih padi-mencabut benih padi-kemudian menanamnya di sawah.  Malam haru di hari yang lain disaksikan pondok kecil di tengah sawah bersama lampu minyak tanah yang kadang redup, serta suara radio usang kesayangan ayah, di sana ayah terasa begitu dekat hingga tidur berlalu dibangunkan pagi dan suara burung pipit. Aku tumbuh di dalam sebuah ruangan (seingatku 5X7 Meter) berdindingkan papan   dan anak tangga kayu yang dengan sangat bangga kusebut sebagai rumah. Setiap musim durian adalah sebagian waktu yan...

KELENGKAPAN JURNAL

Journal Indexed by: Google Scholar Garuda RJI SINTA 4 COOPERATION: Refference Tools: Turnitin Mendeley Grammarly

ENGINTECH: Journal of Engineering and Technological Sciences